07 Februari, 2013

MENAKAR KESERIUSAN PEMERINTAH cq KEMENTAN RI


MENAKAR KESERIUSAN PEMERINTAH cq KEMENTAN RI

 

Akhir-akhir ini kita kembali disuguhkan dengan sebuah keterbukaan tentang impor salah satu bahan balku pangan nasional, daging sapi yang boleh jadi sarat dengan #kongkalikong bin #konspirasi yang berujung #komisi, seharusnya pemerintah berani menampilkan deretan angka-angka importasi ternak sapi dan daging beku serta prakiraan potensi #komisi yang dihasilkan oleh sebuah mafia bernama MAFIA DAGING SAPI.  Boleh jadi kalau alasan pemerintah melakukan impor daging beku atau ternak sapi ke Indonesia bukan melulu karena alasan kekurangan stok daging, hmm .... ternyata ada yang lebih menggiurkan, #komisi berlipat ganda dengan seluruh keuntungan pribadi diatas kebutuhan rakyat Indonesia.  Tentunya Program Swasembada Daging Sapi 2014 yang digadang-gadangkan oleh Kementerian Pertanian Indonesia cq Direktorat Jenderal Peternakan hanya sebuah label untuk mengamankan terjadinya arus impor ternak dan produk peternakan??? Kalau itu sampai terjadi, naudzubillah ... segitu teganya mereka “merampok” negara atas nama kebutuhan pangan rakyat.  Atau hal ini pula yang membuat turn over Direktur Jenderal Peternakan – Kementerian Pertanian RI sebegitu cepat, tidak kurang empat nama Dirjen Peternakan menghiasi kepemimpinan dua Menteri di era Kabinet Indonesia Bersatu jilid I dan II, wallahu ‘alam.

Terlepas dari masalah politik dan kepentingan secara ekonomi, seharusnya kita segera bangkit dan bersatu untuk mengatasi semua permasalahan ini.  Mafia daging yang sudah ada, mari diberangus dan pelakunya diminta secara sukarela untuk menghukum diri.  Oknum birokrat yang selama ini mengakali peraturan untuk mendapatkan dana suap atau pelicin atau apapun namanya segera turun dan melepaskan atribut Pegawai Negeri Sipil yang terkenal dengan hastag #pengabdian pada bangsa dan negara, karena oknum PNS seperti ini sudah termasuk kategori “Penghianat Bangsa” atau bisa juga di cap sebagai “Teroris Pangan Nasional”.

#kedaulatanpangan dan #ketahananpangan harus ditegakkan.  Bagaimana Pak Dahlan Iskan dengan inisiatif yang luar biasa mengembangkan ternak di belahan Timur Nusantara, bagaimana PTPN VI Jambi mengembangan integrasi Ternak Sapi – Sawit dan banyak pelaku agribisnis yang  mengabdikan keilmuan, waktu, tenaga dan biaya demi terpenuhinya hajat dasar rakyat Indonesia, Swasembada Pangan.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah KETERBUKAAN.  Mari pihak-pihak yang  berkenaan dengan permasalahan ternak sapi ini semua berkumpul, jangan sampai Bapak Menteri Pertanian seperti dikutip dari www.kompas.com menyatakan tidak mengetahui teknis impor daging sapi atau pihak kementerian perdagangan yang “baru” akan memperbaiki perijinan impor setelah semuanya ketahuan (kalau tidak ketahuan, mungkinkah ada perbaikan??).  Keterbukaan ini juga terkait dengan capaian yang sudah dilaksanakan seperti yang disajikan data sensus ternak sapi tahun 2011 dengan biaya mencapai 200 milyar dan berhasil mengantarkan Kepala BPS, Bapak Rusman Heriawan sebagai Wakil Menteri Pertanian RI.  Keterbukaan ini juga terkait dengan regulasi pengembangan ternak sapi nasional serta keinginan menjadikan ternak sapi Indonesia menjadi tuan rumah dinegeri sendiri

Hal berikutnya dalah PEMETAAN. Pada hasil awal sensus disebutkan bahwa populasi ternak sapi potong berjumlah 14.805.053 ekor dengan prosentase ternak jantan 31,85% dan ternak betina 68,15%.  Dari data ini kita sementara dapat menyimpulkan bahwa potensi negara ini dalam melakukan #pembibitanternak sangat  besar dan layak menjadi pusat pembibitan ternak sapi.  Tetapi, kembali keseriusan pemerintah dalam melaksanakan hal ini sangat rendah.  Hampir setiap Dinas Peternakan propinsi dan kabupaten memiliki Village Breeding Centre (VBC), tetapi berapa banyak VBC yang beroperasi dengan baik dan menghasilkan bakalan?? Kebanyakan mangkrak atau disewakan kepada peternak rakyat atau kapitalis peternakan dan tidak untuk tujuan pembibitan ternak sapi.  Pemetaan ternak sapi melalui sensus dilakukan di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota, 6699 kecamatan, serta tersebar di 77.548 desa, dan melibatkan 105 ribu petugas.tersebut merupakan satu langkah penting dalam mewujudkan Program Swasembada Daging Sapi.  Pemetaan Potensi juga akan menghasilkan Pemetaan Kebutuhan Supply daging sapi

Setelah pemetaan dilakukan, selanjutnya PENENTUAN wilayah #pembibitanternak dan #penggemukanternak sehingga penyediaan ternak sesuai peruntukannya menjadi lebih efisien dan efektif.  Misalnya : dilakukan #pembibitanternak di wilayah perkebunan kelapa sawit yang di Sumatera, maka wilayah #penggemukanternak dilakukan di Lampung yang natinya akan mudah dalam distribusi produk peternakan ke Jawa.

TATANIAGA dan DISTRIBUSI merupakan salah satu momok yang mengganjal perkembangan peternakan Indonesia.  Pak Menteri menyatakan bahwa harga ternak sapi yang mahal akan menguntungkan petani.  Padahal kalau beliau bersedia masuk kepedesaan,  petani mendapatkan imbas kenaikan harga tidak sebanding dengan hilangnya potensi keuntungan akibat tataniaga yang rusak akibat mata rantai penjualan yang tidak sehat.  Kebanyakan tengkulak atau pedagang sapilah yang mendapatkan keuntungan lebih banyak.  Distribusi juga menjadi permasalahan yang pelik, kualitas infrastruktur yang parah, misalnya : jalan raya juga menentukan keberhasilan Swasembada Daging Sapi Nasional.  Perjalanan dari Jawa Tengah ke Jakarta yang biasanya dapat ditempuh 12 – 14 jam, saat ini harus ditempuh hampir 20 jam, terkadang lebih.  Permasalahannya klasik, #perbaikanjalan yang terjadi disepanjang jalur akibat ketidakjujuran dalam melakukan pembangunan jalan.

Peternak Rakyat yang selama kini digadang-gadang dengan menyebut mereka sebagai pejuangan pangan, ternyata hanya retorika yang sama sekali tidak memiliki kebenaran disana.  Peternakan Rakyat dengan segala strategi yang disusun, dikerdilkan dan dibiarkan bodoh sehingga sulit untuk dapat mengatur strategi usaha ternak sapi.  Pendampingan, pembinaan dan peningkatan kapasitas peternak rakyat seharusnya sudah dilaksanakan sejak dahulu dan membuat petani sebagai pengusaha, Petani Berjiwa Enterpreneur.  Untuk ini diperlukan KELEMBAGAAN peternak rakyat yang tangguh, misalnya koperasi.

Semua kendali hal tersebut diatas seharusnya berada di tangan kementerian yang terkait dan menjadi sebuah cetak biru pengembangan Swasembada Daging Nasional.  Road Map Swasembada Daging Sapi Nasional yang sudah disusun oleh Kementerian Pertanian RI melalui Permentan nomor 19/Permentan/OT.140/2/2010 dengan rencana pembiayaan Rp 17,39 triliun dengan pola kegiatan yang ideal dan masif.  Pengawalan program yang tinggal 23 bulan ini seharusnya mendapatkan porsi yang tinggi karena terkait dengan kemandirian bangsa untuk #kedaulatanpangan dan #ketahananpangan.

Tidak ada kata terlambat, tetapi tidak ada kata menunggu untuk kembali kepada kecintaan kepada bangsa dan negara ini.

 Negara yang kaya dengan ternak tidak akan pemah miskin, dan negara yang miskin dengan ternak tidak akan pernah kaya (Campbell dan Lasley, 1985)
 
Reference and related articles :


 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA